TEMPO.CO, Jakarta - Kopi tidak hanya menjadi minuman penahan kantuk. Kopi sudah menjadi gaya hidup sebagian besar orang yang meminumnya dalam berbagai kesempatan. Kala bekerja, bangun tidur pada pagi hari, ataupun sajian khas saat nongkrong bareng teman.
Penikmat kopi fanatik pun bahkan rela mengejar kualitas biji kopi pilihan dengan menjelajahi tiap daerah sekadar untuk mencicipi rasa pahit khasnya. Menjamurnya kafe pun menawarkan varian kopi dan suasana yang unik. Ada yang menyuguhkan racikan kopi khas tiap daerah, menyajikan musik akustik bagi pengunjung yang sedang ngopi, serta fasilitas akses Internet gratis. Namun tahukah Anda bahwa perbedaan cara membuat kopi akan menghasilkan rasa kopi yang berbeda?
Menurut Ade W. Tanoepratjeka, konsultan kopi dan barista, menyeduh kopi bisa mempengaruhi rasanya. "Dengan rasa itu, kita baru tentukan alat seduhnya," kata Ade di Senayan City, Selasa, 4 Juni 2013.
Pada umumnya, orang memilih teknik seduh praktis atau dikenal dengan kopi tubruk. Kopi dimasukkan dalam cangkir lantas diseduh dengan air mendidih. Rasa yang dihasilkan tentu akan berbeda dengan teknik seduh kopi yang lain, misalnya teknik pour over dan areo press.
Dari teknik pour over ini, kopi yang dihasilkan bertekstur lembut karena disaring dengan kertas, namun tetap memberikan kesan rasa yang kuat. Sedangkan teknik aero press menggunakan alat yang juga disebut aero press. Kopi yang diseduh dalam tabung ditekan sedemikian rupa sehingga bubuk kopi terendap di bagian bawah tabung. Dengan cara ini, rasa kopi yang keluar akan lebih kuat.
Pada jenis kopi tertentu, ada aturan main untuk membuat dan menyajikannya. Misalnya cappucino yang pada dasarnya adalah kopi dicampur susu. "Foam-nya harus setinggi 1 sentimeter," Ade menjelaskan. Aturannya, satu banding tiga, yakni kopinya satu dan susunya tiga. Jika susu lebih banyak lagi akan menjadi latte.
Bagi orang yang cari aman dalam meminum kopi, capuccino memang pilihan paling populer. Adi mengaku banyak pelanggannya yang sering memesan capuccino. Disayangkan sebenarnya karena banyak sekali varian kopi di Indonesia yang bisa dinikmati. Diakuinya pula bahwa banyak penikmat kopi dari mancanegara yang justru lebih kenal dengan kopi lokal Indonesia.
"Kalau kopi Indonesia dalam arti daerah penghasil kopi, mereka lebih kenal daripada kita. Sampai beberapa tahun ini, kopi kualitas bagus dari Indonesia larinya ke luar negeri semua, seperti Toraja Gayo, Mandailing, dan Jawa," ujar Ade, yang juga aktif memberikan pelatihan pembuatan kopi.
Cara Menyeduh Kopi Pengaruhi Rasa |
Menurut Ade W. Tanoepratjeka, konsultan kopi dan barista, menyeduh kopi bisa mempengaruhi rasanya. "Dengan rasa itu, kita baru tentukan alat seduhnya," kata Ade di Senayan City, Selasa, 4 Juni 2013.
Pada umumnya, orang memilih teknik seduh praktis atau dikenal dengan kopi tubruk. Kopi dimasukkan dalam cangkir lantas diseduh dengan air mendidih. Rasa yang dihasilkan tentu akan berbeda dengan teknik seduh kopi yang lain, misalnya teknik pour over dan areo press.
"Teknik pour over itu cara lama yang sekarang tren lagi," katanya. Kopi disaring dengan filter kertas. Cara menuangnya bisa bermacam-macam dan menghasilkan rasa yang berbeda. "Metode pour over filternya dibasahin dulu atau enggak, itu aja rasanya udah beda," Adi menjelaskan.
Dari teknik pour over ini, kopi yang dihasilkan bertekstur lembut karena disaring dengan kertas, namun tetap memberikan kesan rasa yang kuat. Sedangkan teknik aero press menggunakan alat yang juga disebut aero press. Kopi yang diseduh dalam tabung ditekan sedemikian rupa sehingga bubuk kopi terendap di bagian bawah tabung. Dengan cara ini, rasa kopi yang keluar akan lebih kuat.
Pada jenis kopi tertentu, ada aturan main untuk membuat dan menyajikannya. Misalnya cappucino yang pada dasarnya adalah kopi dicampur susu. "Foam-nya harus setinggi 1 sentimeter," Ade menjelaskan. Aturannya, satu banding tiga, yakni kopinya satu dan susunya tiga. Jika susu lebih banyak lagi akan menjadi latte.
Bagi orang yang cari aman dalam meminum kopi, capuccino memang pilihan paling populer. Adi mengaku banyak pelanggannya yang sering memesan capuccino. Disayangkan sebenarnya karena banyak sekali varian kopi di Indonesia yang bisa dinikmati. Diakuinya pula bahwa banyak penikmat kopi dari mancanegara yang justru lebih kenal dengan kopi lokal Indonesia.
"Kalau kopi Indonesia dalam arti daerah penghasil kopi, mereka lebih kenal daripada kita. Sampai beberapa tahun ini, kopi kualitas bagus dari Indonesia larinya ke luar negeri semua, seperti Toraja Gayo, Mandailing, dan Jawa," ujar Ade, yang juga aktif memberikan pelatihan pembuatan kopi.
No comments:
Post a Comment