Kementerian Pertanian menyatakan, agribisnis kopi ke depan akan diarahkan pada "green economy" guna memenuhi tuntutan pasar internasional yang mensyaratkan adanya keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan keberlanjutan fungsi lingkungan.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian M Syakir mengatakan, negara-negara yang menjadi pasar utama kopi menginginkan kualitas kopi yang sesuai dengan tuntutan konsumen seperti keamanan pangan, pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan petani.
"Oleh karena itu agribisnis kopi akan diarahkan pada pemberlakuan sertifikasi kopi berkelanjutan," katanya.
Pendekatan green economy, menurut dia, menjamin terpeliharanya hubungan timbal balik antara pembangunan ekonomi dan keberlanjutan fungsi lingkungan dalam mendukung terwujudhnya pembangunan yang berkelanjutan.
Dengan demikian, tambahnya, pengadopsian konsep tersebut dalam agribisnis kopi selain menjaga keberlanjutan dan meningkatkan daya saing agribisnis kopi di Indonesia juga merupakan jawaban atas tuntutan konsumen.
Kepala Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balitri), Kementerian Pertanian Rubiyo menyatakan, Jepang sebagai pengimpor hampir 50 persen kopi Indonesia akan menerapkan sertifikasi kopi ramah lingkungan.
"Namun dampaknya akan mempengaruhi pangsa kita di pasaran dunia, terutama pasar Jepang dan Eropa. Sedangkan negara pesaing lainnya seperti Brasil dan Vietnam terus berbenah diri untuk menghadapi tuntutan konsumen tersebut," katanya.
Indonesia saat ini merupakan negara penghasil kopi terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Vietnam.
Menurut M.Syakir, ketiga negara tersebut mengekspor 47 persen dari seluruh volume ekspor kopi dunia dengan pangsa pasar masing-masing Brasil 28 persen, Vietnam 12 persen dan Indonesia 7 persen.
Saat ini permintaan kopi dunia dominan untuk kopi jenis Arabika, namun ekspor kopi Indonesia lebih banyak jenis Robusta yakni 72,3 persen sementara Arabika 27,7 persen.
Sementara itu produksi kopi nasional pada 2012 mencapai ton 657.138 atau naik 2,8 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 638.647 ton.
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Kopi merupakan rangkaian acara Expo Nasional Inovasi Perkebunan (ENIP) yang akan dilanjutkan dengan kunjungan lapangan ke kebun percobaan Pakuwon Sukabumi, guna mengingatkan pada peserta bahwa penanaman kopi pertama di Indonesia dilakukan di Sukabumi sebelum diterapkannya tanaman paksa oleh Belanda.
Agribisnis Kopi akan Disertifikasi |
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian M Syakir mengatakan, negara-negara yang menjadi pasar utama kopi menginginkan kualitas kopi yang sesuai dengan tuntutan konsumen seperti keamanan pangan, pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan petani.
"Oleh karena itu agribisnis kopi akan diarahkan pada pemberlakuan sertifikasi kopi berkelanjutan," katanya.
Pendekatan green economy, menurut dia, menjamin terpeliharanya hubungan timbal balik antara pembangunan ekonomi dan keberlanjutan fungsi lingkungan dalam mendukung terwujudhnya pembangunan yang berkelanjutan.
Dengan demikian, tambahnya, pengadopsian konsep tersebut dalam agribisnis kopi selain menjaga keberlanjutan dan meningkatkan daya saing agribisnis kopi di Indonesia juga merupakan jawaban atas tuntutan konsumen.
Kepala Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balitri), Kementerian Pertanian Rubiyo menyatakan, Jepang sebagai pengimpor hampir 50 persen kopi Indonesia akan menerapkan sertifikasi kopi ramah lingkungan.
Saat ini atau dalam jangka pendek, lanjutnya, pemberlakuan sertifikasi tersebut belum mengganggu jumlah ekspor nasional, hal itu terlihat dari nilai ekspor kopi dalam lima tahun terakhir meningkat sekitar 21,64 persen per tahun.
"Namun dampaknya akan mempengaruhi pangsa kita di pasaran dunia, terutama pasar Jepang dan Eropa. Sedangkan negara pesaing lainnya seperti Brasil dan Vietnam terus berbenah diri untuk menghadapi tuntutan konsumen tersebut," katanya.
Indonesia saat ini merupakan negara penghasil kopi terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Vietnam.
Menurut M.Syakir, ketiga negara tersebut mengekspor 47 persen dari seluruh volume ekspor kopi dunia dengan pangsa pasar masing-masing Brasil 28 persen, Vietnam 12 persen dan Indonesia 7 persen.
Sebagian besar kopi Indonesia yakni 75 persen diekspor ke berbagai negara tujuan yakni Uni Eropa, Amerika, Jepang dan negara lainnya dengan nilai devisa pada 2010 845,54 juta dolar AS kemudian naik menjadi 1,06 miliar dolar AS pada 2011 dan kembali naik menjadi 1,25 miliar dolar AS pada 2012.
Saat ini permintaan kopi dunia dominan untuk kopi jenis Arabika, namun ekspor kopi Indonesia lebih banyak jenis Robusta yakni 72,3 persen sementara Arabika 27,7 persen.
Sementara itu produksi kopi nasional pada 2012 mencapai ton 657.138 atau naik 2,8 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 638.647 ton.
Seminar Nasional Inovasi Teknologi Kopi merupakan rangkaian acara Expo Nasional Inovasi Perkebunan (ENIP) yang akan dilanjutkan dengan kunjungan lapangan ke kebun percobaan Pakuwon Sukabumi, guna mengingatkan pada peserta bahwa penanaman kopi pertama di Indonesia dilakukan di Sukabumi sebelum diterapkannya tanaman paksa oleh Belanda.
No comments:
Post a Comment